|
Foto : Copyright hilalplaza.com |
Sebuah studi yang dilakukan peneliti Duke University Medical Center, North Carolina, mengungkapkan menikah meningkatkan daya hidup seseorang di usia paruh baya. Sebaliknya, seseorang yang memilih lajang punya peluang hampir tiga kali lipat untuk meninggal lebih cepat dibanding mereka yang menikah.
Peneliti juga mengatakan menjadi lajang setelah usia 40 tahun atau kehilangan pasangan tanpa menikah lagi akan meningkatkan risiko meninggal lebih awal pada usia paruh baya dan lebih kecil peluangnya untuk mencapai umur 60 tahun. Bahkan, keuntungan menikah ini juga terjadi pada orang yang punya kepribadian dan perilaku berisiko, seperti merokok dan meminum. Mereka masih punya daya hidup 2,3 kali lebih besar.
"Mempunyai pasangan selama usia paruh baya itu protektif," kata Ilene Siegler, seorang peneliti, sebagaimana dilansir situs Daily Mail, Selasa, 15 Januari 2012. Sebaliknya, menjadi lajang atau kehilangan pasangan tanpa menikah lagi adalah situasi yang meningkatkan risiko kematian pada usia paruh baya.
Dalam studinya, peneliti menganalisis data dari 4.802 individu yang ikut ambil bagian dalam studi tentang jantung yang dilakukan University of North Carolina. Studi dilakukan pada orang-orang yang lahir pada tahun 1940-an. Saat studi dimulai, usia para partisipan berkisar 40 tahun dan saat berakhir, usia mereka di akhir 50-an tahun. Mereka juga mengisi kuesioner pada interval waktu tertentu.
Peneliti lalu mencatat pola stabilitas dan peluang antara orang mereka yang menikah dan tidak menikah pada usia paruh baya. Peneliti juga melihat pengaruh ciri-ciri kepribadian pada akhir usia remaja, status sosial ekonomi, dan juga risiko kesehatan. Tercatat selama penelitian berlangsung, terjadi 238 kematian, termasuk 32 kematian pada wanita.
Hasilnya, peneliti menemukan mereka yang tidak pernah menikah sampai usia paruh baya berada pada risiko tertinggi. Mereka punya peluang 2,84 kali untuk meninggal lebih cepat dibanding mereka yang punya kehidupan pernikahan stabil.
Menikah, kata peneliti sebagaimana dipublikasikan jurnal Annals of Behavioral Medicine, punya pengaruh positif pada gaya hidup seseorang. Orang yang punya kehidupan pernikahan bahagia cenderung makan lebih sehat. Selain itu, punya lebih banyak kerabat dan teman juga mendorong orang lebih peduli satu sama lain.